Search Engine

Kamis, 01 Oktober 2009

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN WEB

WEB 1.0
di era 1995-1997 dulu, saat era Web 1.0, semua portal dot com menyediakan konten, dan pengunjung portal hanya menerima suguhannya saja, dengan interaksi yang cenderung pasif. Semua portal sibuk memberikan konten berita, liputan, artikel, tak berbeda jauh dengan surat kabar cetak.
Salah satu contoh peninggalan Web 1.0 adalah Britannica Online, salah satu website ensiklopedia terlengkap di jagad maya. Seluruh konten redaksi dipegang oleh pihak Britannica sendiri.
artisipasi dari pengunjung website juga terlihat pada website MySpace dan YouTube. Kedua website ini yang masing-masing dibangun oleh sepasang remaja ini dihargai gila-gilaan oleh konglomerasi besar. website MySpace yang menjadi pionir website komunitas pertemanan (seperti Friendster) dibeli oleh Rupert Murdoch, salah satu raja media. Website YouTube, yang konsepnya diadaptasi dari acara televisi America’s Funniest Home Videos, dimana setiap anggota bebas memamerkan videonya, kini sudah menjadi milik Google.
Konsep partisipasi seperti inilah yang seharusnya dipertimbangkan oleh para pengelola bisnis dot com di masa mendatang. Mungkin saja teman-teman dot com yang datang pada seminar itu, seperti: Bulutangkis.com, Eventku.com, Rumah-ku.com, Waralaba.com, bisa menerapkan konsep serupa di portal masing-masing.


Karakteristik Web 1.0
1    Perilaku pengguna    Membaca    Menulis
2    Pelaku utama    Perusahaan    Pengguna/Komunitas
3    Hubungan dengan server    Client-server    Peer to peer
4    Bahasa pemrograman penampil konten    HTML    XML
5    Pola hubungan penerbit-pengguna    Searah    Dua arah/ Interaktif
6    Pengelolaan konten    Taksonomi/direktori    Folksonomi/penanda/tag
7    Penayangan berbagai kanal informasi    Portal    RSS/Sindikasi
8    Hubungan antar pengakses    Tidak ada    Berjejaring
9    Sumber konten    Penerbit/pemilik situs    Pengguna


WEB 2.0
Web 2.0, adalah sebuah istilah yang dicetuskan pertama kali oleh O'Reilly Media pada tahun 2003, dan dipopulerkan pada konferensi web 2.0 pertama di tahun 2004, merujuk pada generasi yang dirasakan sebagai generasi kedua layanan berbasis web seperti situs jaringan sosial, wiki, perangkat komunikasi, dan folksonomi yang menekankan pada kolaborasi online dan berbagi antar pengguna. O'Reilly Media, dengan kolaborasinya bersama MediaLive International, menggunakan istilah ini sebagai judul untuk sejumlah seri konferensi, dan sejak 2004 beberapa pengembang dan pemasar telah mengadopsi ungkapan ini.
Walaupun kelihatannya istilah ini menunjukkan versi baru daripada web, istilah ini tidak mengacu kepada pembaruan kepada spesifikasi teknis World Wide Web, tetapi lebih kepada bagaimana cara si-pengembang sistem di dalam menggunakan platform web. Mengacu pada Tim Oreilly, istilah Web 2.0 didefinisikan sebagai berikut:
"Web 2.0 adalah sebuah revolusi bisnis di dalam industri komputer yang terjadi akibat pergerakan ke internet sebagai platform, dan suatu usaha untuk mengerti aturan-aturan agar sukses di platform tersebut.
 Prinsip-prinsip Web 2.0
Web sebagai platform
Data sebagai pengendali utama
Efek jaringan diciptakan oleh arsitektur partisipasi
Inovasi dalam perakitan sistem serta situs disusun dengan menyatukan fitur dari pengembang yang terdistribusi dan independen (semacam model pengembangan "open source")
Model bisnis yang ringan, yang dikembangkan dengan gabungan isi dan layanan
Akhir dari siklus peluncuran (release cycle) perangkat lunak (perpetual beta)
Mudah untuk digunakan dan diadopsi oleh user


 



Adapun perbedaan antara web 1.0 dan  web 2.0 adalah :
Web 1.0

Web 2.0
Double Clik

Google AdSense
Ofoto

Flickr
Akamai

BitTorrent
Mp3.com

Napster
Britannica Online

Wikipedia
Personal websites

Blogging
Evite

Upcomming.org and EVDB
Domain name speculation

Search engine optimization
Page Views

Cost per click
Screen  scraping

Web services
Publishing

Participation
Content management system

Wikis
Directories (Stickiness)

Tagging (“focksonomy”)
Stickiness

Syndication

Dari perbedaan diatas kita dapat mengenali satu aplikasi atau mendekati sebagai web 1.0 dan lainnya sebagai web 2.0 dan yang menjadi pertanyaan penting karena web 2.0 meme telah  tersebar di perusahaan – perusahaan yang telah dilewati sekarang dan ini  lekatkan  sebagai pemasaran buzzword , dengan tidak adanya kesepakatan yang nyata ini berarti pertanyaan utama yang sulit karena  banyak dimulainya kecanduan buzzword dengan tidak pasti, sementara sebagian dari aplikasi kita mengenal nya adalah web 2.0 seperti Napster dan BitTorrent  tidak hanya sebagai web aplikasi.
 WEB 3.0
Web 3.0 adalah generasi ketiga dari layanan internet berbasis web. Konsep Web 3.0 pertama kali diperkenalkan pada tahun 2001, saat Tim Berners-Lee, penemu World Wide Web, menulis sebuah artikel ilmiah yang menggambarkan Web 3.0 sebagai sebuah sarana bagi mesin untuk membaca halaman-halaman Web. Hal ini berarti bahwa mesin akan memiliki kemampuan membaca Web sama seperti yang manusia dapat lakukan sekarang ini.
Web 3.0 berhubungan dengan konsep Web Semantik, yang memungkinkan isi web dinikmati tidak hanya dalam bahasa asli pengguna, tapi juga dalam bentuk format yang bisa diakses oleh agen-agen software. Beberapa ahli bahkan menamai Web 3.0 sebagai Web Semantik itu sendiri.
Keunikan dari Web 3.0 adalah konsep dimana manusia dapat berkomunikasi dengan mesin pencari. Kita bisa meminta Web untuk mencari suatu data spesifik tanpa bersusah-susah mencari satu per satu dalam situs-situs Web. Web 3.0 juga mampu menyediakan keterangan-keterangan yang relevan tentang informasi yang ingin kita cari, bahkan tanpa kita minta.
Web 3.0 terdiri dari:
  • Web semantik
  • Format mikro
  • Pencarian dalam bahasa pengguna
  • Penyimpanan data dalam jumlah besar
  • Pembelajaran lewat mesin
  • Agen rekomendasi, yang merujuk pada kecerdasan buatan Web
Web 3.0 menawarkan metode yang efisien dalam membantu komputer mengorganisasi dan menarik kesimpulan dari data online. Web 3.0 juga memungkinkan fitur Web menjadi sebuah sarana penyimpanan data dengan kapasitas yang luar biasa besar.
Walaupun masih belum sepenuhnya direalisasikan, Web 3.0 telah memiliki beberapa standar operasional untuk bisa menjalankan fungsinya dalam menampung metadata, misalnya Resource Description Framework (RDF) dan the Web Ontology Language (OWL). Konsep Web Semantik metadata juga telah dijalankan pada Yahoo’s Food Site, Spivack’s Radar Networks, dan sebuah development platform, Jena, di Hewlett-Packard.

Semantic Web

Sebelum memasuki pembahasan mengenai Web 3.0, kita akan mengenal terlebih dahulu apa yang disebut dengan semantic web, karena sering disebut bahwa Web 3.0 akan mengarah pada konsep semantic web ini. Istilah semantic web sendiri telah lebih dulu dikenal dibandingkan istilah Web 3.0. Semantic web merupakan pengembangan dari world wide web di mana content web ditampilkan tidak hanya dalam format bahasa manusia yang umum (natural language), tetapi juga dalam format yang dapat dibaca dan digunakan oleh mesin (baca: software).

Seperti yang kita ketahui, website ditujukan untuk memberikan informasi kepada manusia. Misalnya saat menginginkan sebuah buku, Anda dapat menelusurinya pada search engine atau website tertentu hingga akhirnya mendapatkan buku tersebut. Misalkan terdapat pilihan dari berbagai kategori untuk mendapatkan buku yang dimaksud, mesin sendiri tidak dapat memutuskan dan melakukannya tanpa arahan dari manusia  karena informasi tersebut diperuntukkan agar dimengerti hanya oleh manusia dengan menggunakan natural language. Kondisi inilah yang ingin diubah oleh semantic web. Semantic web akan memiliki informasi yang dimengerti oleh mesin, yang memiliki kecerdasan buatan hingga mampu menemukan dan mengintegrasikan informasi dengan mudah. Dengan demikian fungsi web menjadi wadah universal bagi pertukaran data, informasi, dan pengetahuan, yang dapat menghasilkan kecerdasan buatan yang dapat mengerti keinginan Anda, di mana semantic web dapat diinstruksikan untuk mengambil informasi sesuai kriteria tertentu Beberapa format dan spesifi kasi yang dikenal oleh mesin dalam semantic web antara lain adalah RDF (Resource Description Framework) dan OWL (Web Ontology Language).

·        RDF (Resource Description Format).

Di balik teknologi Web 3.0, salah satu tulang punggungnya adalah format dan spesifi kasi yang memungkinkan komunikasi dan interaksi pada level mesin, W3C (World Wide Web Consortium) mendefi nisikan format metadata yang dikenal dengan RDF (Resource Description Format). RDF terdiri dari tiga komposisi, meliputi subject, predicate, dan object. Predicate merupakan komposisi yang menerangkan sudut pandang dari subject yang dijelaskan object, sementara subject dan object merupakan entitas. Object di dalam RDF dapat menjadi subject yang diterangkan oleh object yang lainnya.

Dengan inilah object dapat berupa masukan yang dapat diterangkan secara jelas dan detail, sesuai dengan keinginan pengguna yang memberikan masukan. Contoh cara kerja RDF dapat diterangkan dengan satu contoh sederhana berikut, untuk mendefi nisikan “daun memiliki warna hijau”, maka “daun” direpresentasikan sebagai subject, “hijau” merupakan object, dan “memiliki warna” adalah predicate.

Dengan menggunakan RDF, website dapat menyimpan dan melakukan pertukaran informasi antar-web. RDF telah digunakan pada aplikasi-aplikasi, antara lain:



1. RSS (RDF Site Summary).
RSS memberikan informasi update sebuah website tanpa pengunjung perlu mengunjungi website tersebut.

2. FOAF (Friend of a Friend).
Didesain untuk mendeskripsikan orang-orang, ketertarikan dan hubungan mereka.

3. SIOC (Semantically-Interlinked Online Communities).
Menerangkan komunitas online dan menciptakan koneksi antara diskusi berbasis Internet seperti message board, blog  maupun mailing list.

·        OWL (Web Ontology Language)

Web Ontology Language atau OWL (bukan WOL) didesain agar dapat digunakan oleh aplikasi yang memroses informasi  OWL berbasis XML dan dapat dengan mudah dipertukarkan antara mesin dengan operating system yang berbeda, dan bahasa aplikasi yang berbeda. OWL memiliki tiga sub-language (spesies), yaitu:
1. OWL Lite.
Mendukung pengguna yang memerlukan klasifikasi hirarki dan dalam batasan yang sederhana.
2. OWL DL.
Mendukung konstruksi seluruh OWL, tetapi hanya dapat digunakan pada batasan tertentu.
3. OWL Full.
Diperuntukkan bagi pengguna yang menginginkan maksimum penggunaan dan kebebasan sintaksis.


Wajah Web 3.0

Konsep Web 3.0 diarahkan sebagai web masa depan, tetapi masa depan yang bagaimana yang ditawarkan? Hal inilah yang terkadang masih menjadi perdebatan, tetapi bisa jadi tidak ada yang salah, karena mungkin sebagian besar pemikiran mengenai web masa depan tersebut sangat mungkin untuk terlaksana. Bagaimana wajah Web 3.0 menurut berbagai pengamat? Di antaranya adalah:
 1. Realisasi Semantic Web.
Semantic web cukup dipercaya sebagai wujud dari Web 3.0, dengan kecerdasan buatan, Web 3.0 diharapkan akan merealisasikan konsep semantic web dan menjadi generasi selanjutnya dari WWW.
2. Evolusi 3D.
Tidak mengherankan bahwa kemampuan 3D selalu merupakan cerminan masa depan, evolusi 3D telah terjadi pada game  animasi, dan lain-lain, walaupun saat ini masih belum mengubah mayoritas wajah web. Tampilan 3D bisa jadi memang dihindari oleh sebagian pengakses Internet karena tampilan dan proses 3D berarti pula pertukaran data yang lebih besar dan tentu berpengaruh pada kecepatan maupun biaya yang dikeluarkan. Tentunya, evolusi 3D ini hanya akan berhasil jika infrastruktur di masa mendatang telah mendukung pengguna Internet pada umumnya.
3. Web sebagai Database.
Masih sering kita dengar istilah web statik dan web dinamis, Skema OWL. web statik menunjukkan bahwa website tersebut selalu memberikan informasi yang sama sebagai respon pada setiap pengunjung yang mengaksesnya. Sementara web dinamis merupakan kebalikannya, di mana informasi yang diberikan website tersebut dapat berubah secara interaktif tergantung pada kondisi dan konteks yang distimulasikan oleh pengguna.
Pada Web 3.0, diharapkan website merupakan database dan tentunya semakin interaktif dan dinamis kepada pengunjung, atau dinamakan dengan Data Web. Salah satu teknologi yang dikembangkan adalah SPARQL yang menyediakan bahasa query standard dan Application Programming Interface (API) untuk menelusuri database RDF yang terdistribusi pada website.
4. Executable.
Jika kita melihat kembali perjalanan web dimulai dari Web 1.0, maka dapat dikatakan bahwa pengunjung Web 1.0 hanya memiliki hak sebatas read-only, karena sebagai pengunjung Anda hanya akan membaca informasi yang ditampilkan Web 1.0  Tidak heran jika kemudian istilah yang sering dipakai saat mengakses Internet adalah “browsing”, fungsi browser Internet sebatas untuk melihat informasi dari satu website ke website lainnya. Pada Web 2.0, sebagai pengunjung Anda dapat melakukan kontribusi dan memiliki hak untuk read-write, di mana Anda dapat berperan aktif pada website tersebut.
Istilah “sharing” mulai umum digunakan dalam konsep Web 2.0. Web 3.0, menambah lagi hak Anda menjadi executable  mengizinkan Anda memodifi kasi website itu sendiri. Dapat disimpulkan untuk mewujudkan Web 3.0,
Maka harus didukung oleh kemampuan dan teknologi yang merealisasikan transformasi dari web yang terpisah secara aplikasi dan penyimpanan data, menjadi saling berinteraksi sesame mesin. Interaksi tidak hanya terjadi antara pengunjung dan website, tetapi juga di antara website itu sendiri dalam formatnya sendiri. Istilah World Wide Web bisa jadi berubah menjadi World Wide Database untuk menunjukkan database yang terdistribusi dan dimungkinkan dengan adanya teknologi yang mendukung semantic web.

Jika Semuanya Menjadi Mudah

Teknologi selalu dikembangkan untuk memanjakan manusia, tidak terkecuali konsep Web 3.0, apa yang Anda inginkan akan dapat dimengerti dengan cepat sehingga mengurangi waktu dan tenaga yang harus Anda keluarkan. Lalu, apakah teknologi juga akan mengurangi produktivitas manusia saat semuanya dipermudah dan diambil alih oleh teknologi? Tentunya tidak  sebagaimana kita dianugerahi dan memiliki kekayaan alam yang berlimpah, tidak seharusnya kita menyianyiakannya dan terlena di atas kekayaan tersebut, melainkan menggunakan dan mengembangkannya lagi untuk generasi seterusnya. Semoga demikian pula cara kita dalam menyikapi teknologi.